Lima Program Jateng Nomine MDGs Award
24 Januari 2012
SEMARANG- Lima program unggulan Jateng menjadi nomine dalam ajang Indonesia Millennium Development Goals (MDGs) 2011. Direktur Pelestarian Adat Istiadat dan Sosial Budaya Masyarakat, Ditjen Pembangunan Masyarakat Desa, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Dr Ir Sapto Supono MSi menyatakan, kelima program unggulan Jateng itu berasal dari lima daerah, yakni Kota Semarang, Wonosobo, Salatiga, Kota Pekalongan, dan Banjarnegara.
Program unggulan Kota Semarang yang lolos tahap penilaian awal adalah Kampung Total Jamban Keluarga (Katajaga) dengan inisiator dosen Undip Semarang, dokter Budi Laksono MHSc.
Menurut dia, program itu menciptakan percontohan jambanisasi. Penerima manfaat 800 keluarga dengan jumlah penduduk 6 ribu orang. Adapun keterwakilan Wonosobo di bidang sanitasi lingkungan, Salatiga di bidang sosialisasi HIV/AIDS pada pelaksanaan masa orientasi siswa SMP dan SMU. Kota Pekalongan masuk nominasi pada program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS, sedangkan Banjarnegara di bidang pemberian makanan tambahan.
Program yang bertujuan menggugah tindakan nyata pembangunan, pembuktian implementasi, dan keberhasilan pencapaian itu diluncurkan pada 12 Oktober 2011.
Tahapan kegiatan telah memasuki penjurian. Pengumuman dan penganugerahan kepada pemenang akan dilaksanakan di Balai Kartini Jakarta dan disiarkan salah satu stasiun televisi swasta, Rabu (1/2).
226 Partisipan
“Penghargaan ini untuk mendorong partisipasi masyarakat supaya terlibat langsung dalam percepatan target MDGs,” kata Sapto di Hotel Santika Premiere Semarang, Jumat (20/1).
MDGs Award melibatkan 11 juri. Konsep penjurian mencakup empat kategori umum, yakni nutrisi, akses air minum layak dan sanitasi dasar, kesehatan ibu dan anak, serta HIV/AIDS.
Perwakilan Kantor Utusan Khusus Presiden untuk MDGs Abdul Mufti menyatakan, pemenang akan mendapat trofi yang diserahkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Tercatat 226 partisipan yang ikut berkompetisi. Juri memilih 68 partisipan yang masuk nominasi. Dari jumlah partisipan itu, 23 di antaranya pemerintah kabupaten/kota, 18 swasta, 16 LSM, dan 11 organisasi pemuda. (J17,J14-59) (http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/01/24/174687/Lima-Program-Jateng-Nomine-MDGs-Award-)
Wapres Serahkan MDGs Award Kepada Lima Pemenang
02 Pebruari 2012
[JAKARTA] Penghargaan MDGs Award 2012 diberikan langsung oleh Wakil Presiden Boediono kepada lima pemenang diJakarta, Rabu (1/2. Kelimanya adalah, Kabupaten Flores Timur, Kota Payakumbuh, Aisyah Muhammadiyah, Indonesia Future Leaders, PT Indika Energy Tbk dan Raden Muhammad Rais dari Nusa Tenggara Barat.
Kelima pemenang tersebut memperoleh penghargaan karena dinilai secara istimewa telah melakukan inovasi mengalokasikan anggaran yang berpihak pada pencapaian target sasaran pembangunan milenium (MDG) dan memastikan keberlangsungan program jangka panjang.
Penghargaan lainnya diserahkan oleh Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto kepada lima pemenang lainnya. Wapres mengapresiasi atas inisiatif seluruh komponen bangsa untuk mencapai delapan sasaran pembangunan milenium tersebut. "Malam ini kita memberikan pengakuan atas prestasi dan dedikasi, yang diberikan dengan ikhlas tersentuh, dari dunia usaha, mahasiawa, masyarakat," kata Wapres.
Selain, itu dalam IMA 2012, juga diberikan penghargaan kepada 16 inisiator lainnya dalam empat kategori. Dinas Kesehatan Kota Depok, Pusat Informasi Remaja Konseling Jombang, PT Indofood dan Yayasan Pondok Kasih Surabaya meraih penghargaan umum kategori nutrisi yang diberikan oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono.
Kabupaten Pasuruan, Yayasan Unilever Indonesia Yogyakarta dan Yayasan Kesehatan Untuk Semua Flores Timur memperoleh penghargaan kategori kesehatan ibu dan anak. Kabupaten Wonosobo, Satu Indonesia Ciwidey Jawa Barat, GE Indonesia dan HIPPAM Seger Waras Pasuruan memperoleh penghargaan umum kategori akses kepada air bersih dan sanitasi dasar yang diberikan oleh Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto. (sumber : http://www.ampl.or.id)
Tiga Kabupaten Sabet Indonesia MDGs Awards 2012
Sosbud / Kamis, 2 Februari 2012 00:04 WIB
Sosbud / Kamis, 2 Februari 2012 00:04 WIB
Metrotvnews.com, Jakarta: Tiga kabupaten/kota terpilih sebagai pemenang dan berhak mendapat penghargaan Indonesia MDGs Awards (IMA) 2012 yakni Kabupaten Wonosobo, Pekalongan, dan Pasuruan.
Ketiga kabupaten/kota itu menyabet kategori Akses Pada Air Minum Layak dan Sanitasi Dasar, HIV AIDS dan Penyakit Menular Lainnya, dan Nutrisi. Pengumuman dan penyerahan penghargaan Indonesia MDGs Awards 2012 dilaksanakan di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (1/2) malam.
IMA 2012 diberikan untuk Kabupaten Wonosobo melalui program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat, sedangkan untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan didapat melalui program Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS. Ada pun Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan melombakan program Kibbla (Kesehatan Ibu Baru Lahir dan Anak Balita).
Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs sekaligus Ketua Dewan Juri IMA 2012, Nilla Djuwita Moeloek, dalam sambutannya mengatakan IMA 2012 merupakan salah satu upaya untuk mendorong pencapaian butir-butir MDGs dalam bentuk insentif dan disinsentif berkesinambungan.
"Harapan kami adalah upaya pencapaian MDGs dapat menjadi kerangka praktis dalam mencapai 8 tujuan pembangunan, di mana obyektifnya adalah meningkatan kualitas ekonomi dan sosial masyarakat miskin," ujar Nilla.
Selain kategori pemerintah, beberapa sektor swasta dan organisasi masyarakat, pemuda dan mahasiswa juga mendapat IMA Awards 2012. (MI/DSY)
Menjauhkan Saluran Air dari Kotoran Manusia
Lusia Kus Anna | Kamis, 2 Februari 2012 | 08:34 WIB
Berada di dataran tinggi, warga Wonosobo, Jawa Tengah, masih ”dimanjakan” dengan air yang terus-menerus mengalir di parit, selokan, dan sungai. Sayangnya, aliran ini dimanfaatkan warga untuk membuang kotoran manusia dari rumah langsung ke selokan.
Saat musim kemarau, debit aliran air mengecil dan menimbulkan masalah bagi warga Desa Jaraksari yang berada di dataran paling rendah. Akumulasi kotoran manusia dari berbagai penjuru Wonosobo tertumpuk dan menimbulkan bau tidak sedap.
Pemerintah Kabupaten Wonosobo berusaha mengatasi ini dengan perlahan mengubah perilaku warga melalui penyediaan septic tank komunal. Sebagai program pionir, tempat pembuangan kotoran manusia ini difokuskan pada permukiman padat di pusat kota.
Tak mudah mengubah perilaku. Ada penolakan masyarakat yang sudah telanjur nyaman akan kebiasaan turun-temurun membuang kotoran di selokan bersama limbah dapur dan air cucian. Warga menolak jika ada pembongkaran (meski sebagian kecil) rumah mereka untuk memisahkan saluran kotoran manusia serta air limbah cucian dan rumah tangga.
Untuk mengatasi, tidak bisa hanya menggunakan septic tank biasa karena akan cepat penuh. ”Kami menggunakan septic tank susun berukuran besar (lebih dari 20 meter persegi). Ada penampungan dan sekat-sekat untuk memperlambat aliran air,” kata Dani Ardiansyah, Fasilitator Lapangan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Wonosobo.
Bersama rekannya, VH Sri Wahyuni, ia menuturkan, kisah sukses kabupaten yang terkenal dengan buah karika dan tanaman herbal purwaceng itu sehingga menjadi pemenang Indonesia MDG Award 2011 kategori peserta Pemerintah Daerah dengan tema ”Sanitasi dan Air Bersih”.
Program septic tank komunal dikembangkan sejak tahun 2010 melalui dana alokasi khusus sanitasi lingkungan berbasis masyarakat. Dengan dana APBD dari pos bantuan langsung masyarakat sekitar Rp 869,6 juta, dibangun delapan septic tank dan dua sarana mandi, cuci, dan kakus (MCK) di Wonosobo Barat dan Wonosobo Timur. Ini bisa melayani 432 keluarga.
Tahun 2011, pemerintah daerah meningkatkan alokasi dana hingga Rp 1,57 miliar untuk pembuatan 22 septic tank dan enam sarana MCK di Wonosobo Barat, Wonosobo Timur, Mlipak, dan Jarak Sari. Selain anggaran pemkab, kegiatan ini juga didukung PT Tirta Investama (melalui program tanggung jawab sosial perusahaan) sejumlah Rp 250 juta untuk membangun lima septic tank komunal dan sebuah MCK di Kejiwan.
Dalam pembangunannya, kegiatan ini mendapatkan pendampingan dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan. Program pada tahun 2012 ini melayani 668 keluarga (2.498 jiwa).
Ditargetkan, tahun 2015, saat berakhirnya program Tujuan Pembangunan Milenium/MDGs, program ini akan mencakup 90 RW di areal pusat kota yang didiami lebih dari 10.000 jiwa. Saat ini baru mencapai tujuh RW dan baru sekitar 30 persen warga Wonosobo terlayani sanitasi.
Rencana dan proses pembangunan dilaksanakan masyarakat melalui panitia kemitraan. Idealnya, pengurasan dilakukan setiap dua tahun oleh kelompok pemanfaat dan pemelihara dari pengguna septic tank.
Karena keterbatasan lahan, septic tank komunal yang berukuran besar di beberapa wilayah dibangun di bawah jalan kampung. Dengan struktur tulang beton, septic tank ini mampu dilewati kendaraan bermotor.
Saluran masuk septic tank merupakan hilir dari pipa-pipa dari rumah di berbagai penjuru. Tantangannya adalah mengubah kebiasaan warga yang gemar membuang sampah ke saluran pembuangan air.
”Ini adalah sistem pemipaan yang saling tersambung dari rumah ke rumah. Kalau mampat satu titik, bisa menyebabkan mampat di rumah lain. Mengubah perilaku ini yang terus- menerus kami lakukan,” kata Sri Wahyuni.
Septic tank komunal ini diharapkan mampu membersihkan selokan dari limbah kotoran manusia yang banyak mengandung bakteri E coli penyebab diare. Menjaga kebersihan saluran air ini juga ditujukan untuk menjaga kesehatan masyarakat setempat. (ICH)
Saat musim kemarau, debit aliran air mengecil dan menimbulkan masalah bagi warga Desa Jaraksari yang berada di dataran paling rendah. Akumulasi kotoran manusia dari berbagai penjuru Wonosobo tertumpuk dan menimbulkan bau tidak sedap.
Pemerintah Kabupaten Wonosobo berusaha mengatasi ini dengan perlahan mengubah perilaku warga melalui penyediaan septic tank komunal. Sebagai program pionir, tempat pembuangan kotoran manusia ini difokuskan pada permukiman padat di pusat kota.
Tak mudah mengubah perilaku. Ada penolakan masyarakat yang sudah telanjur nyaman akan kebiasaan turun-temurun membuang kotoran di selokan bersama limbah dapur dan air cucian. Warga menolak jika ada pembongkaran (meski sebagian kecil) rumah mereka untuk memisahkan saluran kotoran manusia serta air limbah cucian dan rumah tangga.
Untuk mengatasi, tidak bisa hanya menggunakan septic tank biasa karena akan cepat penuh. ”Kami menggunakan septic tank susun berukuran besar (lebih dari 20 meter persegi). Ada penampungan dan sekat-sekat untuk memperlambat aliran air,” kata Dani Ardiansyah, Fasilitator Lapangan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Wonosobo.
Bersama rekannya, VH Sri Wahyuni, ia menuturkan, kisah sukses kabupaten yang terkenal dengan buah karika dan tanaman herbal purwaceng itu sehingga menjadi pemenang Indonesia MDG Award 2011 kategori peserta Pemerintah Daerah dengan tema ”Sanitasi dan Air Bersih”.
Program septic tank komunal dikembangkan sejak tahun 2010 melalui dana alokasi khusus sanitasi lingkungan berbasis masyarakat. Dengan dana APBD dari pos bantuan langsung masyarakat sekitar Rp 869,6 juta, dibangun delapan septic tank dan dua sarana mandi, cuci, dan kakus (MCK) di Wonosobo Barat dan Wonosobo Timur. Ini bisa melayani 432 keluarga.
Tahun 2011, pemerintah daerah meningkatkan alokasi dana hingga Rp 1,57 miliar untuk pembuatan 22 septic tank dan enam sarana MCK di Wonosobo Barat, Wonosobo Timur, Mlipak, dan Jarak Sari. Selain anggaran pemkab, kegiatan ini juga didukung PT Tirta Investama (melalui program tanggung jawab sosial perusahaan) sejumlah Rp 250 juta untuk membangun lima septic tank komunal dan sebuah MCK di Kejiwan.
Dalam pembangunannya, kegiatan ini mendapatkan pendampingan dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan. Program pada tahun 2012 ini melayani 668 keluarga (2.498 jiwa).
Ditargetkan, tahun 2015, saat berakhirnya program Tujuan Pembangunan Milenium/MDGs, program ini akan mencakup 90 RW di areal pusat kota yang didiami lebih dari 10.000 jiwa. Saat ini baru mencapai tujuh RW dan baru sekitar 30 persen warga Wonosobo terlayani sanitasi.
Rencana dan proses pembangunan dilaksanakan masyarakat melalui panitia kemitraan. Idealnya, pengurasan dilakukan setiap dua tahun oleh kelompok pemanfaat dan pemelihara dari pengguna septic tank.
Karena keterbatasan lahan, septic tank komunal yang berukuran besar di beberapa wilayah dibangun di bawah jalan kampung. Dengan struktur tulang beton, septic tank ini mampu dilewati kendaraan bermotor.
Saluran masuk septic tank merupakan hilir dari pipa-pipa dari rumah di berbagai penjuru. Tantangannya adalah mengubah kebiasaan warga yang gemar membuang sampah ke saluran pembuangan air.
”Ini adalah sistem pemipaan yang saling tersambung dari rumah ke rumah. Kalau mampat satu titik, bisa menyebabkan mampat di rumah lain. Mengubah perilaku ini yang terus- menerus kami lakukan,” kata Sri Wahyuni.
Septic tank komunal ini diharapkan mampu membersihkan selokan dari limbah kotoran manusia yang banyak mengandung bakteri E coli penyebab diare. Menjaga kebersihan saluran air ini juga ditujukan untuk menjaga kesehatan masyarakat setempat. (ICH)
Sumber : http://health.kompas.com/read/2012/02/02/08345967/Menjauhkan.Saluran.Air.dari.Kotoran.Manusia